Senin, Februari 24, 2014

Manufacturing Hope 117: Wallahu a’lam untuk Dua Tokoh Mikroba

Mungkin saya belum akan bisa bertemu tokoh kita yang hebat ini: Prof Dr Ali Zum Mashar. Setidaknya dalam waktu dekat ini. Padahal saya pengin sekali bertemu. Dialah penemu mikroba P2000Z yang oleh beberapa pihak disebut mikroba google. Keinginan saya itu bermula dari permintaan masyarakat. Yakni agar BUMN ikut mengatasi tanah pertanian yang tertimbun abu gunung berapi. Baik di Sinabung maupun di sekitar Gunung Kelud. Abu itu memang bisa jadi sumber kesuburan, tapi bukan sekarang. Beberapa waktu lagi. Padahal petani harus segera bercocok tanam.

Tanah itu akan langsung bisa ditanami kalau diberi mikroba temuan Prof Zum,” tulis seorang petani dalam SMS-nya kepada saya.Saya pun segera melacak keberadaan ahli kita itu. Saya gagal. Saya hanya berhasil memperoleh info yang membuat saya sedih. Pertama, beliau akan tinggal lama di Dubai. Prof Zum, kata seorang stafnya, lagi dipercaya oleh pemerintah Dubai untuk menerapkan penemuan itu di sana. Intinya, Prof Zum dipercaya untuk mengubah tanah Timur Tengah itu agar menjadi tanah yang bisa ditanami. Informasi kedua lebih menyedihkan lagi: beliau mengatakan kepada stafnya untuk tidak mau saya temui. Penyebabnya sederhana. Beliau merasa kecewa yang amat panjang. Kecewa pada keadaan. 

Temuannya tidak dapat kepercayaan yang memadai di dalam negeri. Sejak dari pemerintahan Pak Harto sampai ke pemerintahan-pemerintahan berikutnya. Sampai sekarang. Apa hubungannya dengan saya? Ini salah saya sepenuhnya. Saya telat mengenal beliau. Blak-blakan saja saya baru tahu tentang kehebatan beliau itu minggu lalu. Setelah Gunung Kelud meletus. Memang juga ada selentingan ini: mengapa saya, dalam tulisan saya dulu, memuji pupuk temuan Adi Wijaya. Yakni ketika saya untuk pertama kalinya menemui Adi di Grobogan, Purwodadi. Dalam uji cobanya Adi berhasil membuat produktivitas kedelai menjadi tiga ton per hektar. Dari hanya 1,5 ton per hektar selama ini. Saat itu saya belum tahu kalau ada penemuan serupa. Yakni oleh Prof Ali Zum Mashar. 

Dengan menggunakan mikroba temuan Prof Zum konon hasilnya bisa lebih hebat dari itu. Rupanya dua tokoh peneliti ini lagi perang dingin. Setidaknya di dunia maya. Saya tidak tahu itu. Baru tahu belakangan. “Bukan perang kok Pak. Saya tidak pernah menanggapi,” ujar Adi Wijaya kepada saya kemarin. Dengan nada merendah Adi mengatakan: saya ini bukan kelas beliau, saya ini masih yunior. Tapi Adi memastikan bahwa temuan pupuknya itu tidak bisa dibandingkan dengan temuan Prof Zum. “Saya tidak meniru. Memang dulu sering ada proyek bersama. Tapi temuan saya itu beda,” kata Adi. 

Inilah penjelasan Adi: temuan saya itu “Prebiotik”. Temuan beliau adalah “Probiotik”. Prebiotik adalah materi non digestible yg mampu menstimulasi pertumbuhan mikroba. Umumnya itu adalah hasil fermentasi sempurna dari biomassa organik. Sedang “probiotik” adalah mikroba yang mendukung berada dalam suatu ekosistem tertentu, mendukung pertumbuhan pada ekosistem tersebut. Istilah ini sebenarnya dipakai dalam istilah pencernaan. 

Secara umum prebiotik bisa dibilang nutrisinya mikroba, dan probiotik adalah mikrobanya, yang di pertanian disebut pupuk hayati. Tentu saya tidak dalam posisi menilai mana yang terbaik. Saya bukan ahlinya. Saya akan menggunakan logika saya sendiri: mencoba keduanya di lahan yang bersebelahan dengan penggarapan dan benih yang sama. Mudah-mudahan bisa saya lakukan musim tanam yang akan datang. Seperti saat membuat generasi pertama mobil listrik dulu. Ada aliran harus menggunakan gearbox, ada aliran tidak perlu gearbox. Saya putuskan membuat dua-duanya. 

Hasilnya sudah ketahuan di lapangan. Bagaimana dengan lahan yang tertutup abu sekarang? Ternyata tetap bisa langsung ditanami. Hanya perlakuannya yang harus berbeda. Misalnya untuk yang lapisan abunya antara 5-10 cm, pengolahan tanahnya harus sedalam 20 cm. Sedang yang lapisan abunya antara 10 sampai 15 cm pengolahan tanahnya harus sedalam 30 cm. Tentu harus ditambah pupuk organik satu ton per hektar (untuk padi) atau dua ton per hektar untuk tanaman hortikultura. Tentu saya akan tetap berusaha untuk bisa bertemu Prof Zum. 

Saya akan minta maaf pada beliau. Kok telat mengenal beliau. Juga akan minta agar beliau bersedia diskusi dengan tim BUMN. Tokoh seperti beliau tidak boleh lebih dapat penghargaan di luar negeri daripada di negeri sendiri. Prof Zum (45 tahun) punya sejarah penelitian yang panjang. Beliaulah yang ditugaskan untuk menemukan jalan ini: bagaimana agar tanah gambut yang mahaluas di Kalimantan bisa ditanami padi. Waktu itu Presiden Soeharto mempunyai program membuka sawah baru seluas satu juta hektar di Kalteng. Lahan itu berupa tanah gambut yang keasamannya sangat tinggi. Prof Zum yang lulus dari Fakultas Perrtanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, memperdalam ilmunya di IPB sampai memperoleh gelar doktor. Kini beliau memiliki produk P2000Z. Pupuk yang ditemukan di tahun 2000 itu ditandai huruf Z di belakangnya pertanda itu ciptaan Prof Zum. Mengapa konsumennya menyebut P2000Z itu sebagai mikroba google? Konon itu karena mikroba ini bisa mencari sendiri sasaran mana bagian tanah yang bisa disuburkan. Wallahu a’lam. Oleh Dahlan Iskan Menteri BUMN
Share:

Minggu, Februari 23, 2014

Wujud Syukur Dengan "Care to Share" Kepada Yatim Piatu

Sabtu malam (22/2) Ir. Akief Arifin, General Manager Pabrik Gula Poerwodadie sedang punya gawe. Dengan mengundang 25 anak yatim piatu di Mbesaran, Rumah Dinas No. I Pabrik Gula Poerwodadie beliau mengadakan acara yang bertajuk "tasyakuran" milad Ibunda beliau yang ke-77. Beliau bersyukur hingga usia yang ke-77 Ibu Raden Ayu Minahikas Djuhariyah masih diberi nikmat sehat dan panjang umur. Disamping itu juga "tasyakuran" diadakan sebagai wujud rasa syukur atas amanah yang beliau emban sebagai General Manager di Pabrik Gula Poerwodadie.

Acara dimulai pukul 19:25 WIB diawali dengan sholat Isya' berjama'ah. Dilanjutkan dengan sambutan Bp. Ir. Akief Arifin selaku shohibul bait. Dalam sambutannya beliau mengharapkan do'a dari anak-anak yatim piatu agar diberikan panjang umur dan kesehatan kepada ibunda beliau dan putra-putrinya senantiasa istiqomah mendoakan untuk kesehatan semasa hidupnya. "Kami juga mengharapkan doa dari adik-adik supaya  kami diberikan kekuatan  dalam melaksanakan Giling Pabrik Gula Poerwodadie tahun 2014, diberikan kelancaran dan kesuksesan, lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya", pungkasnya di akhir sambutannya.

Acara dilanjutkan dengan tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Ihsanuddin dari Sukomoro, Magetan. Dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan faedah seseorang yang di dalam hatinya ada kepedulian kepada anak-anak yatim piatu dengan cara berbagi kepada mereka seperti acara pada malam hari ini. Beliau mengutip dari hadits Rosulullooh : "Aku dan orang-orang yang menyantuni anak yatim di surga seperti ini, kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya" (HR. Bukhori). Dari hadits tersebut beliau menyampaikan keutamaan seseorang yang menyantuni anak yatim sangat tinggi kedekatannya dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam. 



Acara ditutup dengan do'a dan pembagian bingkisan untuk anak-anak yatim piatu. dianbaisa
Share:

Sabtu, Februari 22, 2014

Tasyakuran Peresmian Kantor Distrik Wilayah Barat "Pabrik Gula Madiun"


Sebagai tindak lanjut diresmikannya Kantor Distrik Wilayah Barat PG Madiun, maka diadakan acara tasyakuran pada hari sabtu 15 Februari 2014 bertempat di Jl. Diponegoro 48 Madiun. Acara seremonial tersebut dimulai pukul 09.00 WIB  dan dihadiri oleh District Manager beserta jajarannya dan lima General Manager Pabrik Gula Madiun. 

Acara dibuka dengan pembacaan ayat Suci Al-quran lengkap dengan sari tilawah, dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin bersama-sama. Acara berlangsung khidmad dan sambutan langsung diberikan oleh  Bapak Ir. RM Satrijo Wibowo selaku District Manager Wilayah Barat. 



Dalam sambutannya beliau memberikan penjelasan dan menghimbau agar para General Manager PG Madiun bekerja sama dengan distrik dan berpartisipasi untuk kemajuan PG Madiun. Acara tasyakuran diakhiri dengan pemotongan tumpeng  kemudian diserahkan kepada Manager On Farm Bapak Ir. Djoko Baskoro Katon. (dianbaisa)


*) Sumber tulisan dari sini dan gambar diambil dari sini atau di sana dengan sedikit perubahan
Share:

Jumat, Februari 21, 2014

PEMBENTUKAN DISTRIK WILAYAH BARAT

Ada yang baru pada struktur organisasi Pabrik Gula Wilayah Barat di tahun 2014 ini. Manajemen PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) memutuskan untuk membentuk Distrik Wilayah Barat. Pembentukan Distrik Wilayah Barat dimaksudkan agar kinerja Pabrik Gula di Wilayah Barat meningkat. Distrik akan menaungi lima Pabrik Gula, yaitu PG Soedhono, PG Poerwodadie, PG Redjosarie, PG Pagottan, dan PG Kanigoro. Pimpinan distrik disebut Manager Distrik yang akan dibantu oleh 3 Manager yang masing-masing membidangi On Farm, Off Farm dan AKU (Administrasi, Keuangan dan Umum). 



Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) Andi Punoko menyatakan bahwa pembentukan Distrik tidak dimaksudkan untuk mengurangi otoritas Pabrik Gula, melainkan sebagai bentuk pelimpahan sebagian kewenangan Direksi kepada Distrik. Dengan demikian manajemen akan bisa lebih fokus pada hal-hal yang bersifat strategik.  Manager Distrik dipercayakan kepada Ir. RM Satrijo Wibowo yang sudah memiliki pengalaman menjadi Administratur di 3 Pabrik Gula (Wringinanom, Soedhono dan Djatiroto). Satrijo mampu membawa kebangkitan 5 Pabrik Gula wilayah Barat ( baca : Pabrik Gula Madiun ). 

Selanjutnya Distrik ini akan menjadi pilot project  untuk wilayah lain (Tengah dan Timur) pada saat yang tepat. Sedangkan Para manager yang membantu Manager Distrik masing-masing dipercayakan kepada Drs. Syaiful Bahri (Manager Administrasi, Keuangan dan Umum), Heru Hardianto (Manager Off Farm) dan Ir. Joko Baskoro Katon (Manager On Farm).

STRUKTUR ORGANISASI DISTRIK WILAYAH BARAT



  • District Manager
          Ir. RM Satrijo Wibowo
  • Manajer On farm
              Ir. Djoko Baskoro Katon
  • Manajer Off Farm
                            Heru Hardianto
  • Manajer Administrasi Keuangan & Umum
           Drs. Syaiful Bahri

KANTOR DISTRIK WILAYAH BARAT
Alamat    :  Jl. Diponegoro No. 48 Madiun, 
Telpon     : (0351)451588, Fax (0351)453597, 
                      E-mail : distrik.barat@ptpn-11.com
                       Website :http://distrik_barat.ptpn-11.com

*)Sumber berita dari sini, dengan sedikit perubahan
Share:

Kamis, Februari 20, 2014

PG POERWODADIE PEDULI BENCANA "SINABUNG" DAN "KELUD"

Di Awal tahun ini kita mendengar melalui mass media, terutama internet, tentang musibah yang melanda berbagai daerah di Tanah Air Indonesia. Diantaranya bencana banjir yang melanda sebagian besar Propinsi di Pulau Jawa, letusan gunung Sinabung di Propinsi Sumatera Barat, dan baru-baru ini musibah letusan gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.  Sebagai insan yang ada sisi filantropi dalam dirinya, tentu saja hatinya akan terusik melihat penderitaan yang dialami para korban bencana tersebut. Dari hal itulah Insan PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) Pabrik Gula Poerwodadie merasa tergerak hatinya untuk membantu meringankan beban saudara-saudara yang sedang mengalami musibah. 

"Melalui Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN) Unit PG Poerwodadie bantuan berupa dana yang sudah ditetapkan besarnya dikoordinir dan nanti akan disalurkan kepada mereka. Harapannya sedikit bantuan ini berguna bagi saudara-saudara kita di sana", kata Bambang Hermanto selaku Ketua SP-BUN Unit PG Poerwodadie. (dianbaisa)

*) Gambar di atas diambil dari sini 
Share:

Selasa, Februari 18, 2014

NAHKODA BARU PG POERWODADIE

Perubahan posisi, jabatan, tempat atau pekerjaan pada suatu perusahaan adalah sebuah keniscayaan. Kadangkala perubahan itu diperlukan untuk meningkatkan kompetensi karyawan, mengembangkan motivasi, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja, mutu proses pekerjaan dan produktifitas serta efisiensi suatu organisasi perusahaan. 

Hari itu, Sabtu (18/1) bertempat di Meeting Room Pabrik Gula Poerwodadie dilaksanakan seremonial serah terima jabatan antara Administratur lama  Ir. Beta Roosyanto Sigit Prakoeswa yang dipindah tugaskan ke Pabrik Gula Pradjekan, Bondowoso dengan General Manager baru Ir. Akief Arifin yang sebelumnya bertugas sebagai Kepala Tanaman Pabrik Gula Pagottan. Sertijab juga diikuti oleh jajaran Kepala Bagian ( sekarang Manajer ), diantaranya Manajer Administrasi Keuangan dan Umum Agus Harimawan, SE yang pindah tugas ke Pabrik Gula Soedhono digantikan oleh Bp. Jupri Suryadi, SE. Ir. Erniantoko, eks Pabrik Gula Soedhono menjabat  Kepala Tanaman  menggantikan Ir. Djoko Baskoro Katon yang mendapatkan tugas baru sebagai Manajer Distrik Off Farm. Dan Noenoek Widianto, ST selaku Kepala Instalasi pindah tugas ke Pabrik Gula Asembagus, Situbondo digantikan oleh Yosef Santosa Mulya, ST. 

Acara dilanjutkan sambutan oleh  Ir. Beta Roosyanto Sigit Prakoeswa selaku Administratur lama Pabrik Gula Poerwodadie. Pada kesempatan itu beliau menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah banyak membantu selama beliau menahkodai Pabrik Gula Poerwodadie. "Tanpa bantuan semua pihak baik karyawan pimpinan maupun karyawan pelaksana, saya tidak akan mampu bekerja dengan baik di Pabrik Gula Poerwodadie tercinta ini", tegas Administratur dan juga  Ketua Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN) Pusat ini. "Hal yang sangat berkesan bagi saya selama ini adalah kekompakan semua karyawan PG Poerwodadie dalam menjalankan tugas", Imbuhnya lagi. Beliau berpesan untuk senantiasa menjaga kekompakan yang sudah berjalan selama ini. Dengan menjaga kekompakan Insya Allooh segala permasalahan seruwet apapun niscaya akan  terselesaikan. Dengan mengharapkan doa dari para karyawan supaya diberi kemudahan menjalankan tugas di tempat baru, beliau mengakhiri sambutannya.



Sambutan selanjutnya disampaikan oleh General Manajer baru, Ir. Akief Arifin yang  inti sambutan beliau adalah di dalam kepempinan beliau nanti diharapkan bantuannya kepada semua karyawan demi kesuksesan PG Poerwodadie dalam menjalani Masa Giling tahun 2014 yang tak lama lagi tiba. Di akhir sesi acara dilanjutkan doa.

Akhir kata, dengan pergantian nahkoda 
 yang baru diharapkan kedepannya mampu menghantarkan Pabrik Gula Poerwodadie menjadi perusahaan yang sukses, tangguh, tumbuh dan terkemuka. Amin (dianbaisa)





Share:

Senin, Februari 17, 2014

MANUFACTURING HOPE 116 :NASIB 5-3-2 UNTUK MENKOREKSI "ZAMAN SAYA"

Mereka belum tahu harus berbuat apa. Ke-180 pengusaha kecil yang bergerak di bidang pembuatan pupuk organik ini lagi gundah. Awalnya dari surat seorang dirjen yang dilayangkan ke PT Petrokimia Gresik, yang selama ini mengelola subsidi pupuk organik untuk petani.

Dalam surat itu disebutkan Komisi IV DPR RI memutuskan untuk menghapus subsidi pupuk organik. Itu berarti PT Petrokimia Gresik yang selama ini menjadi pembeli tunggal pupuk organik hasil dari pabrik-pabrik kecil itu akan menghentikan pembeliannya. Sama saja dengan menyuruh pabrik-pabrik tersebut menghentikan kegiatannya. Ada 180 pabrik yang harus tutup. Dan minggu lalu sudah benar-benar tutup. Selama ini PT Petrokimia Gresik membeli pupuk organik dari mereka dengan harga Rp 1.200 per kilogram. 

Pupuk itu diolah kembali dengan teknologi modern dan dibuat standar. Misalnya ditambah mixtro (produk petrokimia). Agar bisa sekalian menjadi booster untuk padi. Juga harus dipanaskan dengan suhu 350 derajat celsius untuk mematikan gulma, bakteri, dan jamur yang merugikan tanaman padi. Setelah itu pupuk tersebut dijual ke petani dengan harga Rp 500 per kg. Dengan demikian pemerintah memberikan subsidi Rp 700 per kg. Petrokimia Gresik selama ini juga melakukan kampanye besar-besaran dengan mensosialisasikan rumus “5-3-2″. Sukses. Para petani sudah hafal dengan kode itu. Tanpa melakukan itu berarti cara mereka bertani dianggap tidak benar. Sosialisasi ini sangat berhasil. Suatu saat saya diundang temu wicara di tengah sawah di Sumedang. 

Tidak hanya yang laki-laki, ibu-ibu pun bisa menjelaskan apa itu rumus “5-3-2″. Demikian juga saat saya menghadiri acara yang sama di Sragen. Di Klaten. Di Bantul. Di Cianjur. Rumus “5-3-2″ sudah hafal di luar kepala: 500 kg organik (Petroganik), 300 kg NPK (Ponska), dan 200 kg urea untuk tiap hektarnya. Itulah pemupukan padi yang benar. Dulu petani mengira tanaman itu kian terlihat hijau kian baik. Bahkan kalau perlu hijaunya sampai kebiru-biruan. Akibatnya banyak petani yang berlomba memperbanyak urea. Padahal itu hanya “tipuan”. Dan mahal. Memang dengan memperbanyak urea warna tanaman jauh lebih hijau, tapi tidak ada hubungannya dengan upaya memperbanyak buliran padi. 

Di awal “zaman saya dulu” (maksudnya di zaman Pak Harto, hehe…) memang pupuk kimia seperti urea, digalakkan segalak-galaknya. Waktu itu memang zaman kekurangan pangan. Produksi beras harus digenjot: sebanyak mungkin dan secepat kilat. Pupuk kimia adalah jalan pintas mengatasi persoalan. Indonesia swasembada beras. Namun, kemudian disadari bahwa penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus itu telah merusak tanah. Kesuburan tanah berkurang drastis. “Masih enak zaman saya” telah membuat “tidak enak di zaman facebook dan twitter”. Mau tidak mau tanah yang mati akibat pupuk kimia itu harus dihidupkan kembali. Harus disuburkan. Caranya: memberikan pupuk organik di sawah-sawah itu. Sudah lima tahun di zaman Pak SBY ini program menyuburkan kembali sawah dilakukan. Tiap tahun pupuk organik disubsidi. Agar terjangkau. Agar petani mau menebarkan pupuk organik. Agar tanah subur kembali. Para petani juga sudah mulai sadar pentingnya pupuk organik. 

Sangat bangga melihat petani sudah mulai fanatik pupuk organik. Rumus “5-3-2″ sudah di luar kepala. Haruskah kini petani kembali ke “zaman saya dulu”? Mengapa di saat seperti itu subsidi pupuk organik justru dihentikan? Haruskah petani lagi yang dikecewakan? Mengapa kelangsungan program Pak SBY ini harus terputus? Ketika berkumpul dengan 180 produsen pupuk organik itu, Kamis minggu lalu di Gramedia Expo Surabaya, masih belum ditemukan solusi. Mereka hanya bisa kecewa, mengeluh dan marah. Hadi Mustofa, anak muda Tulungagung yang juga produsen pupuk organik akhirnya angkat bicara: kalau memang subsidi pupuk organik tetap dihapus, bagaimana kalau harga pupuk non-organik dinaikkan? Dengan demikian subsidi untuk non-organik berkurang. Bisa dialihkan menjadi subsidi pupuk organik. Sekalian mengurangi pemakaian pupuk kimia. Ini berbeda dengan tanaman tebu. Seluruh kepala petani tebu juga berkumpul di tempat yang sama Kamis lalu. Membicarakan upaya peningkatan produksi tebu. Ini sesuai dengan prinsip “gula itu dibuat di kebun, bukan di pabrik gula”. Artinya, untuk meningkatkan produksi gula mau-tidak-mau tebunya harus baik. Mereka juga sepakat penggunaan pupuk organik di tanaman tebu sangat vital. Tebu yang dipupuk organik jauh lebih subur dibanding yang tidak. Hanya saja untuk tanaman tebu pabrik gula punya sumber pupuk organik yang murah. 

Karena pabrik gula menghasilkan limbah organik yang sangat besar. Blotong. Cukup untuk mengorganiki tanam tebu di wilayahnya. Sedang untuk sawah sumbernya tidak tersedia di semua lokasi. Kecuali, kelak, setiap petani punya ternak sapi sendiri. Tapi di saat jumlah sapi terus merosot belakangan ini subsidi pupuk organik harus kita perjuangkan. Apalagi, sebetulnya, nilai subsidi untuk pupuk organik bagi petani ini tidak besar besar amat. “Hanya” Rp 800 miliar per tahun. Tidak ada artinya dibanding, misalnya, yang “satu itu”: k-o-r-u-p-s-i. 
 Oleh Dahlan Iskan Menteri BUMN
Share:

Minggu, Februari 16, 2014

KEGIATAN TILAWAH QUR'AN DI BESARAN

Al-qur'an merupakan kompilasi dari wahyu Allooh Subhanahu Wa Ta'ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallohu 'Alayhi Wa Sallam melalui perantara malaikat Jibril. Dimana Al-qur'an terkandung di dalamnya petunjuk bagi kehidupan manusia di kehidupan dunia dan kelak di kehidupan akhirat. Dari situlah alasan yang disampaikan Bapak Ir. Akief Arifin, General Manager baru Pabrik Gula Poerwodadie mengadakan kegiatan tilawah Al-qur'an di Rumah Dinas No. I yang akan ditempati oleh beliau beserta keluaga.

Sebagaimana diketahui bahwa Bapak Ir. Akief Arifin dipercaya oleh Direktur PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) untuk memimpin Pabrik Gula Poerwodadie menggantikan Bapak Ir. Beta R Sigit Prakoeswa yang dipindah tugaskan ke Pabrik Gula Pradjekan, Bondowoso.

Dengan mengundang beberapa Huffadz diantaranya Ustadz Muhib pengasuh Ponpes Tahfidz di Kelurahan  Manisrejo yang merupakan cabang dari Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro dan diikuti oleh Remaja Masjid Baiturrohman PG Poerwodadie untuk mengadakan kegiatan Tilawah Qur'an di kediaman beliau yang baru. Menurut beliau dengan dibacakan Al-qur'an,  suasana rumah akan menjadi sejuk. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak beliau bertugas di Kantor Pusat PTP Nusantara XI (Persero), Surabaya dan Pabrik Gula Pagottan. Beliau meyakini bahwa cukup dengan mengikuti Pedoman Qur'an dan Sunnah Nabi segala masalah akan diberikan jalan keluar oleh Allooh Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagai bentuk implementasinya beliau juga berencana akan merealisasikan kegiatan Tilawah Qur'an pada masing-masing bagian di Pabrik Gula Poerwodadie secara kontinyu. Dimulai dari Bagian Teknik hingga bagian Kantor AKU.

"Saya akan membiasakan kegiatan ini di tiap-tiap bagian Perusahaan ini supaya tercipta suasana keberkahan di dalam bekerja sebelum Giling tahun 2014 dimulai", tegas bapak kelahiran Bangkalan ini, di akhir kegiatan Tilawah. Hal ini juga diamini oleh kawan-kawan yang hadir di situ. Semoga kegiatan ini menjadi awal yang baik untuk Kesuksesan Giling Tahun 2014 Pabrik Gula Poerwodadie. Memperoleh laba yang besar dan tentu saja mendapatkan ridho Allooh Subhanahu Wa Ta'ala. (NDB)
Share:

Selasa, Februari 11, 2014

Dirut PTPN XI Andi Punoko Jalani Hidup Dengan “Enjoy”


Kesibukan yang dijalani setiap hari untuk memimpin perusahaan besar di PTPN XI, tak semudah membalikan kedua telapak tangan. Hampir seluruh kekuatan & pikiran terfokus pada strategi bisnis yang tak pernah habis. Namun demikian, berkat pengalaman dan jatuh bangunnya seorang Andi Punoko dalam kepemimpinan sebelumnya di PTPN VII Bandar Lampung selama 5 tahun membuatnya tidak harus banyak beradaptasi di PTPN XI. Enjoy menjalani hidup menjadi kata kunci keberhasilannya. Sesibuk apapun, menurut pria kelahiran Metro, Lampung 5 Oktober, masih tetap punya waktu untuk keluarga. "Memang hidup ini adalah berdasarkan prinsip keseimbangan, saling menerima dan memberi, saling belajar untuk membangun hidup yang lebih baik dan saling menghargai. Bila karyawan hidup sejahtera, tentu mereka akan lebih sehat dalam menjalankan tugas-tugas sehingga produktivitasnya pun pasti meningkat, jadi tidak ada alasan bahwa karyawan itu jadi beban tetapi justru sebagai asset utama membangun usaha menjadi maju dan tangguh", ujar alumnus Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Gadjah Mada tahun 1983 ini. 

Namun menurut suami dari Yenni Retnawati, seberat apa pun tugas dan tanggung jawab yang diembannya, ia tetap rileks dan enjoy. Sebagai seorang leader pada perusahaan besar BUMN ini, memegang prinsip hidup yang seimbang dengan alam. Andi mengaku, dalam kesehariannya baik di kantor maupun di rumah selalu mempertahankan gaya hidup yang seimbang dengan alam. “Work and Leisure, inilah pedoman hidup saya dalam bekerja, dengan cara menyeimbangkan antara kerja, refreshing, juga membagi-bagi waktu buat keluarga. Hidup ini memang selalu sibuk, bayangkan bekerja di PTPN XI tentu akan menguras tenaga dan pikiran kepada strategi bisnis. Oleh sebab itu, bila tak pintar dan bijak menjalaninya, kemungkinan tidak kuat,” ungkap Andi. 

Sesibuk apapun pekerjaan di kantornya, ayah dari Almas, Fira, Ina, Firta & Ika ini tidak lupa menyempatkan waktu untuk bercengkerama dengan keluarga. Jabatan Pimpinan yang diembannya di PTPN XI ini tidak akan menghalanginya menjadi seorang ayah dan suami yang baik di rumah. “Selalu punya waktu untuk bercengkerama bersama putra-putri tersayang. Namun, tak pernah saya meremehkan tanggung jawab di perusahaan,” kata Andi. Selain sibuk dengan tugas-tugasnya di kantor, Andi juga kerap menjadi motivator dalam lokakarya atau training tertentu. “Dengan kegiatan memotivasi orang lain, otomatis kita juga ikut memotivasi diri kita sendiri untuk lebih konsentrasi dalam bekerja,” ungkap Andi. 


Pemimpin Yang Berempati

Andi dikenal sebagai pemimpin yang berempati kepada bawahannya, mencoba mengatasi setiap persoalan yang muncul dalam perusahaan dengan mencari sudut pandang yang sama antara perusahaan dan pekerja. Selama bertugas di PTPN XI, Andi Punoko lebih banyak turun ke kebun bersama Direksi untuk melihat lebih dekat seluruh elemen di kebun-kebun, sehingga karyawanpun akan merasa diperhatikan oleh atasannya, bahkan tidak segan-segan mengajak karyawan makan bakso atau minum es misalnya, dengan cara seperti ini karyawan akan bangga punya pemimpin yang dekat dengan bawahan. Inilah yang memacu semangat mereka semakin tinggi. 

Menurut Andi, dalam menjalani hidup dan bekerja haruslah menerapkan rumus-rumus kehidupan. Salah satunya menurut Andi adalah rumus yang membangun budaya perusahaan dirumuskan bersama dengan tata nilai PTPN XI yang terdiri dari 5 unsur yaitu Produktif, Amanah, ber-Kualitas, Simpatik dan Inovatif yang disingkat ProAKSI. Definisi rumusan diatas menurutnya sebagai uraian dalam bekerja untuk mempersembahkan kepuasan kepada seluruh stakeholders. “Untuk dapat produktif dan bermutu, harus well-organized, baik secara individu maupun bersama-sama. Secara individu, orang yang tidak well-organized tidak bisa fokus dan kehilangan orientasi. Secara corporate, perusahaan yang tidak well-organized pasti tujuan usaha tidak akan tercapai. Semua agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk melayani bukan untuk dilayani. Dari sinilah ide bahwa amanah dan simpatik harus menjadi bagian dari tata nilai diperusahaan,” papar Andi Punoko. 

Selain itu, menurut Andi Punoko, bekerja itu harus inovatif, karena di luar sana persaingan semakin ketat dan sering kali cenderung tidak sehat. Orang yang tidak mau berubah secara inovatif, dia tidak akan eksis. Menurut Andi, tipe dan perangai para pekerja sangat beragam membutuhkan leadership yang kuat. Mereka ingin dipimpin, tidak ingin diatur. “Jadi tugas utama seorang pimpinan harus bisa menciptakan kondisi, di mana setiap individu di dalam perusahaan dapat mengatur dirinya sendiri untuk bersinergi satu sama lain agar apa yang dihasilkan convergen dengan visi dan misi perusahaan. Tugas pemimpin, cukup memberi kepemimpinan, tanpa perlu banyak mengatur", jelas pria ramah ini. 

Menurut Andi Punoko yang sering diundang mengisi ceramah diberbagai masjid ini, bila seorang pemimpin harus mengatur para pekerja satu persatu apa yang harus mereka kerjakan, apa yang harus dipikirkan dan bagaimana detail yang harus mereka jalani dalam bekerja, berarti tidak akan pernah fokus untuk menjalankan strategi bisnis termasuk di PTPN XI ini. Para pekerja cukup dipimpin dan supaya mereka mau dipimpin, maka sang pemimpin pun harus jadi role model sebagai teladan. “Karena pada hakikatnya, seorang pemimpin harus bisa sebagai panutan bagi bawahannya, karena apa yang dikerjakan pemimpin, maka karyawan bawahan pun akan melihat dan mengikutinya,” ungkap Andi Punoko.

Jaga Penampilan

Sebagai pemimpin, Andi sangat peduli pada penampilannya sehari-hari tak hanya dirinya pribadi tetapi penampilan seragam para karyawannyapun tak luput dari perhatiannya. Andi mengutip Sharon Voros dalam bukunya The Road To CEO. Sharon Voros mengungkapkan ada 8 faktor yang mempengaruhi leadership presence (kualitas kepemimpinan), satu di antaranya adalah penampilan. “Saya sangat setuju itu karena bagaimanapun, sosok itu sangat penting. Harus diakui bahwa orang masih lebih bertanya “who is the singer” daripada “what is the song,” kata Andi yang punya hobi membaca dan jalan-jalan bersama keluarga ini. Penyuka kuliner ini pandai menempatkan diri dalam berbusana untuk menjaga penampilan. Misalnya, di kebun cukup memakai kaos saja agar lebih leluasa bergerak. “Sedangkan di kantor agar lebih berkesan resmi dengan logo ProAKSI. Karena seragam adalah cerminan dari Visi dan Misi sebuah perusahaan. Demikian juga di dalam keluarga, saya telah menanamkan kepada anak-anak untuk berpenampilan sesederhana mungkin. Mereka bangga dan selalu mengingatkan ayahnya agar senantiasa menjaga penampilan dengan sederhana,” papar Andi. Andi prihatin melihat penampilan para tokoh masyarakat saat ini, terutama kepada anak-anak muda di depan umum dimana memakai busana yang minim dan berkesan kurang sopan, sehingga tidak lagi mencerminkan sesuai dengan adat Timur. [www.majalahglobalreview.com]


Sumber berita dan gambar dari sini dengan sedikit perubahan
Share:

Senin, Februari 10, 2014

MANUFACTURING HOPE 115 :PISANG MULAI DIEKSPOR, JAMBU CITRA MENYUSUL

Tanyalah tentang pisang, pepaya, atau jambu citra kepada Dirut PTPN 8, Dadi Sunardi. Dia akan jawab dengan gaya seorang marketing perusahaan buah. Kini dia sudah menguasai secara detil persoalan buah tropik.
Sama dengan kalau Anda bertanya tentang semen kepada Dirut PT Semen Indonesia, Dwi Soetjipto, yang sejak membeli pabrik semen di Hanoi dia punya nama Vietnam Vu Van Qui.
Begitulah, sudah kian banyak Dirut BUMN yang menguasai persoalan detil bidang usaha masing-masing. Mungkin sudah lebih 80 persen yang seperti itu. Sudah sangat berbeda dengan suasana masa lalu.
Dulu saya sering menemukan direksi yang tidak bisa menjawab persoalan detil bidang usaha mereka. Setiap kali saya bertanya detil, sang Dirut selalu minta stafnya untuk menjawab.
Sejak itu saya minta kalau saya berkunjung ke BUMN hanya direksi yang boleh hadir di ruang rapat. Direksi tidak bisa lagi bertanya kepada staf untuk memberikan jawaban.
Saya lihat sekarang ini para direksi umumnya sangat asyik kalau bercerita tentang usaha masing-masing. Sudah jarang yang kesibukannya hanya bermanuver politik, baik di lapangan golf, di kafe-kafe, di lobi hotel, atau di acara-acara politik.
Tentu masih ada satu-dua yang melakukan kasak-kusuk. Tapi segera mudah ketahuan dan terlihat noraknya.
Kini juga kian banyak buku yang terbit mengenai dirut BUMN. Baik ditulis sendiri maupun yang ditulis orang lain. Bahkan banyak yang best seller. Seperti buku Ignasius Jonan tentang transformasi kereta api sejak dia jadi CEO-nya. Juga buku yang ditulis sendiri oleh CEO Telkom, Arief Yahya. Bahkan dia menulis dua buku, dua-duanya best seller.
Dirut Pelindo II RJ Lino, Angkasa Pura I Tommy Soetomo, tidak ketinggalan. Belum lama ini terbit juga buku tentang Dirut Bulog Sutarto Alimoeso. Terakhir, minggu lalu terbit buku yang ditulis sendiri oleh Vu Van Qui tentang transformasi perusahaan Semen Indonesia.
Buku-buku itu terbit dengan format buku komersial yang didesain untuk laku dijual di toko buku. Bukan lagi buku-buku dengan format “buku instansi” yang wajib beli karena tidak akan laku di toko buku.
Tentu saya tidak akan memuji terbitnya buku yang ditulis oleh pimpinan perusahaan yang perusahaannya sendiri tidak mengalami kemajuan. Untuk yang seperti itu saya akan memuji kalau mereka memilih bekerja saja dulu mati-matian untuk memajukan perusahaan. Jangan sampai justru ada yang menilai “bukunya lebih baik dari kinerjanya”.
Atau ejekan lain: bisanya hanya menulis tapi tidak bisa menjalankan yang dia tulis.
Yang harus dinomorsatukan tetaplah “buku asli” yang tidak ditulis itu: Kinerja. Prestasi. Capaian. Bukan bikin buku, tapi bikin sejarah. Seberapa pun kecilnya.
Dirut PTPN 8 termasuk yang masih harus bikin sejarah itu: buah tropik. Yakni bagaimana agar buah tropik menjadi raja di negeri tropik. Untuk menumbangkan mitos “bagaimana negara tropik dijajah buah tropik dari negara sub tropik”.
Dan Dadi Sunardi, dirut PTPN 8, sudah memulainya. Bukan “baru akan”. Untuk pisang dia sudah mulai ekspor ke Singapura. Bahkan sudah empat kali. Dan akan berlanjut. Kini dia sedang finalisasi kontrak ekspor pisang ke Hongkong. Sebagai rintisan masuk ke pasar besar di Tiongkok.
Meski baru tahun pertama Dadi sudah berhasil memproduksi 870 ton pisang. Tahun ini produksi itu akan naik drastis menjadi 65.000 ton. Dan akan terus meningkat. Kini pisangnya sudah mulai membanjiri supermarket.
Semoga segera bisa mengalahkan pisang impor. Mohon doa restu. Lima tahun lagi, insya-Allah, PTPN 8 akan memiliki kebun pisang, jangan kaget, 5.000 hektar. Melebihi dari yang saya minta tempo hari.
Pisang, dan pepaya, memang bukan tujuan akhir. Tapi pisang dan pepaya bisa membuat uang lebih cepat. Tahun pertama ini sudah menghasilkan 53 ton. Dan tahun 2014 akan mencapai 10.000 ton! Dan akan terus naik.
Dari bisnis baru buah tropik ini PTPN 8 sudah berhasil meraih laba di tahun pertama!
“Mesin cepat pencetak uang” ini akan ditambah dengan satu komoditi lagi: jambu citra. Inilah jambu air warna merah yang selama ini diimpor dari Thailand dan membanjiri supermarket kita.
Kini PTPN 8 sudah menanamnya. Bahkan akhir tahun ini sudah bisa panen pertama. Kerjasama teknologi buah antara PTPN 8 dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sungguh sangat konkrit hasilnya.
Pisang, papaya, dan jambu citra bukanlah tujuan utama. Buah yang diprioritaskan adalah manggis dan durian. Masing-masing 3.000 hektar. Penanaman sudah dilakukan tapi manggis dan durian itu baru bisa panen tahun 2019. Kalau hanya menanam manggis dan durian PTPN 8 bisa rugi selama enam tahun pertama. Ini terlalu berat.
Untung ada buah yang cepat menghasilkan seperti pisang, papaya, dan jambu citra. Bahkan kebun pisang ini ternyata lebih menguntungkan dibanding kelapa sawit.
Tahun depan kalau Anda ke supermarket dan menemukan buah-buah tadi, insya-Allah, itu bukan buah impor lagi. Itu buah dari sini: Jawa Barat. Hatur nuhun sadayana!
Oleh Dahlan Iskan
Menteri BUMN
Share:

Sabtu, Februari 08, 2014

KEGIATAN SENAM PAGI DI PG POERWODADIE

Kesehatan adalah salah satu ni'mat yang sering terabaikan, sebagaimana dikutip dalam hadits Rosulullooh Muhammad Shallallohu 'Alayhi Wa Sallam;
"Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933)
Terlebih lagi kesehatan sangat penting dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Berangkat dari pemikiran tersebut di Pabrik Gula Poerwodadie diagendakan secara rutin senam pagi yang dilaksanakan setiap hari Sabtu di luar musim giling. Dengan senam pagi, tubuh yang tadinya lemas akan menjadi segar. Dengan melakukan gerakan-gerakan tertentu, maka darah pun akan mengalir semakin lancar. Metabolisme tubuh pun akan terjaga. Karyawan pun akan bugar ketika menjalankan aktifitas kerja. 

Tak pelak lagi, setiap Sabtu pagi para karyawan Pabrik Gula Poerwodadie dengan antusias dan semangat tinggi mengikuti gerakan para instruktur senam. Irama musik yang diputar seakan menghipnotis  para karyawan sehingga tercipta keselarasan dan keseragaman gerakan, tergambarkan antusias yang cukup besar dari seluruh karyawan Pabrik Gula Poerwodadie. Setelah kurang lebih 1 jam mengikuti kegiatan senam, mereka akan disuguhi minuman yang sehat nan bergizi tinggi berupa susu kedelai atau bubur kajang hijau.

Diharapkan dengan kegiatan senam rutin ini terciptalah kesadaran akan pentingnya kesehatan. Sehingga dapat  meningkatkan efektifitas dan produktifitas karyawan yang berdampak pada kemajuan perusahaan. (DianBaisa)



Share:

Selasa, Februari 04, 2014

Manufacturing Hope 114 : Untung Tiba-Tiba Ingat Petrofish




3 Pebruari 2014


Dahlan Iskan
Menteri  BUMN
Saya hampir saja malu di Campurdarat: tidak bisa menjawab pertanyaan bagaimana mengatasi kesulitan seluruh petani ikan di seluruh Tulungagung. Terutama akibat kenaikan harga pakan setelah terjadinya kenaikan kurs dolar.
Pagi itu sebenarnya tidak ada jadwal ke Kantor Kecamatan Campurdarat. Tapi karena ada sedikit waktu luang, saya minta dimampirkan. Sekalian ingin ganti celana. Pagi itu saya memang masih mengenakan celana sawah setelah acara tanam padi sistem baru Jajar Legowo yang lagi digalakkan dalam program “yarnen”-nya BUMN.
Dari ruang kerja Pak Camat, sambil ganti celana, saya mendengar riuhnya kelas di ruang sebelah.
“Suara apa itu?” tanya saya.
“Suara peserta pelatihan PNPM petani ikan,” jawab Pak Camat.
Saya pun mencoba melongok ruang rapat yang penuh petani ikan se-Kecamatan Campurdarat. Mayoritas perempuan. Ibu-ibu muda. Rupanya mengenal saya. Teriakan dan tepuk tangan mendaulat saya untuk menjadi penceramah dadakan.
“Oke. Tapi, saya tidak akan ceramah,” kata saya. “Pidato sudah tidak penting lagi,” kata saya lagi. Lalu, saya minta peserta saja yang bicara: ada persoalan apa.
Ternyata saya tidak siap dengan persoalan dadakan yang mereka ajukan. Seorang ibu bicara soal harga pakan yang naik drastis. Peserta yang lain serentak mendukung ibu muda itu. Saya hanya bisa tertegun.
Ini lele masuk bubu, kata saya dalam hati. Siapa suruh melongok ruang ini.
Saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya tidak biasa menjawab pertanyaan dengan bla-bla-bla. Saya sudah terbiasa mengucapkan sesuatu yang harus bisa dikerjakan. Harus bisa dibuatkan road map bagaimana melaksanakannya.
Saya tidak bisa mengucapkan kata-kata yang kelihatannya menyenangkan, tapi tidak bisa dilaksanakan. Saya juga sudah terbiasa untuk mengatakan “tidak tahu” untuk pertanyaan yang saya memang tidak tahu jawabannya. Saya tidak malu.
Pagi itu pun saya mengatakan “saya benar-benar tidak tahu” bagaimana mengatasi persoalan tersebut. Akal sehat saya mengatakan, sepanjang pakan itu masih impor ya harganya pasti naik.
Maka, saya lemparkan kembali persoalan itu kepada floor. Siapa tahu ada peserta yang cerdik dan mau membagi kiat. Di situ juga ada pejabat daerah yang lagi memberikan ceramah.
Tapi, tidak ada seorang pun yang bisa memberikan jalan keluar. Saya pancing dengan hadiah uang pun ide itu tidak keluar. Seorang polisi yang di rumahnya juga beternak gurami malah menceritakan parahnya keadaan.
Dia punya lima kolam ikan masing-masing 7 x 7 meter persegi. Kolam itu dibuat di atas tanah dengan menggunakan batu bata. Di seluruh Tulungagung bertani ikan memang sudah menjadi andalan sumber kehidupan. Penghasil ikan budi daya terbesar di Jatim. Ikannya banyak dikirim ke Jakarta.
“Yang bisa dilakukan sekarang ini hanya memberi pakan dari kangkung, Pak,” kata polisi itu kepada saya. “Tapi, itu sekadar membuat ikan bertahan hidup. Tidak bisa membesarkan,” tambahnya.
Saya menyerah. Sambil menahan rasa malu saya hanya mengatakan: saya akan sampaikan persoalan ini kepada yang berwenang. Saya pun pamit meninggalkan kelas. Saya tahu mereka tidak bahagia.
Mereka adalah penerima dana PNPM pemerintah untuk mendorong rakyat agar mau mulai berusaha kecil-kecilan. Program tersebut sebenarnya sukses. Tapi, khusus di bidang usaha ikan kini menghadapi masalah harga pakan.
Tentu persoalan tersebut tidak hanya terjadi di Campurdarat, tapi juga di seluruh Indonesia. Ini sangat serius.
Sambil berjalan meninggalkan ruangan saya terus merenung: jadi pengusaha memang tidak semudah jadi politisi. Persoalan demi persoalan harus dihadapi. Pengusaha besar harus menghadapi persoalan besar. Dan pengusaha kecil harus menghadapi persoalan besar juga.
Saya terus merenung, menenangkan diri: tentu persoalan seperti harga pakan itu pada saatnya akan hilang dengan sendirinya. Yakni, setelah pelan-pelan harga jual ikan bisa disesuaikan, eh, bisa dinaikkan. Ini yang disebut keseimbangan baru.
Tapi, ada satu periode tertentu untuk menuju keseimbangan baru itu. Ada kurun waktu yang harus dilewati. Ada satu masa yang sangat sakit untuk sampai ke sana. Seperti saat ini. Harga pakan sudah naik, harga ikan belum bisa dinaikkan.
Di sinilah terjadi seleksi alam. Siapa yang tangguh akan tegak dan siapa yang mudah menyerah akan terkulai.
Kenaikan harga pakan (dan harga apa pun) bukan baru kali ini terjadi. Tapi, seorang pengusaha harus selalu survive dalam setiap gejolak itu. Buktinya, kenaikan apa saja sudah begitu sering terjadi. Tapi, jumlah pengusaha terus bertambah.
Di tengah-tengah renungan itu tiba-tiba saya ingat sesuatu: bukankah dulu saya sudah minta PT Petrokimia Gresik, anak perusahaan BUMN Pupuk Indonesia Holding, memproduksi pakan ternak dan pakan ikan? Bukankah sudah berhasil? Bukankah saya sudah melihat hasilnya? Mengapa saya lupa?
Maka, meskipun saya sudah sampai di halaman kantor kecamatan itu, saya mendadak balik kanan: bergegas menuju ruangan yang penuh ibu-ibu muda tadi. Banyak yang kaget dikira ada barang saya yang ketinggalan. Pejabat daerah sedang meneruskan ceramahnya ketika saya tiba kembali di ruangan itu.
Saya minta waktu bicara. Ceramah dihentikan.
“Ibu-ibu,” ” kata saya agak bergegas, “Ada jalan keluar!”
Serentak mereka bersorak. “Saya lupa, BUMN sudah memproduksi pakan ikan. Namanya, Petrofish,” kata saya. Yang untuk sapi namanya: Petrobeef.
Lantas, saya ceritakan kunjungan saya ke desa-desa di Jember dua tahun lalu. Waktu itu para petani tembakau curhat harga pupuk yang mahal. Maklum, pupuk impor dari Eropa. Indonesia belum bisa bikin pupuk khusus untuk tembakau. Maka, saya minta Petrokimia Gresik memproduksinya.
Berhasil. Kini petani tembakau Jember sudah menggunakan produk dalam negeri yang khasiatnya sama. Waktu itu Petrokimia juga sekalian bikin pupuk untuk kebun sawit, pestisida, serta makanan ternak dan ikan. Tapi, marketing-nya masih kalah dengan makanan ikan impor.
Petani ikan di Tulungagung tahunya pakan impor “yang itu”. Belum tahu Petrofish. Maklum, marketing “yang itu” amat agresif.
Saya langsung minta Dirut Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman menugaskan manajer Petrofish terjun ke Tulungagung. Marketing Petrofish tidak boleh kalah agresif.
Hari itu juga manajer Petrofish datang ke acara ibu-ibu itu. Semua dijelaskan dengan baik. Untung ada Petrofish! Saya tidak jadi malu. Petani ikan pun dapat pakan yang lebih murah dengan mutu yang tidak kalah dengan “yang itu”. (***)
Share:

Blog Archive

Definition List

Unordered List

.

×

Support