Selasa, April 22, 2014

Rangkap Jabatan Distrik Wilayah Barat dan PG Madiun Unit Pagottan



Terhitung mulai tanggal 15 April 2014, Posisi General Manager PG. Madiun Unit Usaha Pagottan yang sebelumnya telah dipercayakan kepada Christanto Martono, Sp, MM kini telah dipercayakan kepada Ir. RM Satrijo Wibowo yang juga menjabat sebagai Distrik Manager wilayah barat. Hal serupa juga terjadi pada lini Manajer A.K&U yang sebelumnya dipercayakan kepada Drs. I Nyoman Gede Subagja, kini telah dipercayakan kepada Drs. Syaiful Bahri yang juga menjabat sebagai Manajer Keuangan Distrik wilayah Barat. Dalam melaksanakan tugas rangkap jabatan ini, ada hal-hal yang perlu diperhatikan supaya tidak mengganggu kinerja perusahaan. 

Hal ini penting, karena yang harus dilakukan adalah membantu operasional perusahaan , bukan untuk menghambat kinerja perusahaan, demikian penjelasan dari Ir.RM Satrijo Wibowo selaku Distrik Manager Wilayah Barat yang kini juga merangkap sebagai General Manager Pabrik Gula Pagottan. Intinya, fungsionalitas Distrik Barat tetap walaupun perangkapan jabatan dilakukan. Kebijakan dari perusahaan adalah yang terpenting dapat membantu operasional perusahaan, bukannya menghambat dan merusak fokus.

Sumber berita diambil dari sini
Share:

Manufacturing Hope 124:Minum Spirulina Mahmud dan Menunggu Sidiq

Spirulina Sumber : http://www.jpnn.com
Dua anak muda ini gigihnya bukan main. Mahmud dan Sidiq. Mahmud baru lulus dari jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang, dan Sidiq masih kuliah di Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang. Dua bulan lalu ketika saya bermalam di satu desa di pinggir hutan di pedalaman Wonogiri, Jawa Tengah, Mahmud nguber saya sampai ke desa itu. Senja amat mendung. Hujan renyai-renyai tidak kunjung berhenti. Di suasana senja yang dingin itu Mahmud menyusul saya ke masjid desa. Meski langit sudah gelap, saat maghrib ternyata masih lama. Mahmud membuka laptopnya. Dengan berapi-api dia mendesak saya. “Pemerintah harus turun tangan. Jangan mengabaikan penemuan saya ini,” katanya. Saya dengarkan terus penjelasannya yang bertubi-tubi itu.

Ditonton orang-orang desa yang siap-siap berjamaah maghrib. Di mata yang mendengarkan penjelasan itu pemerintah terkesan jelek sekali. Tidak membantu dan mengakomodasikan penemuan seperti ini. “Ini sangat menguntungkan, Pak Dahlan,” ujarnya. “Ayo, BUMN bantu dengan CSR-nya,” tambahnya. Rupanya Mahmud baru menemukan rumus mengembangkan algae air tawar. Itulah produk yang disebut spirulina. Selama ini memang sudah banyak beredar di pasar produk spirulina. Tapi spirulina hasil dari algae air asin (air laut). Produk ini terkenal terutama karena agresifnya sistem pemasaran multi level marketing (MLM). Mahal tapi laris. Khasiat spirulina yang tingggi membuat impor spirulina luar biasa besarnya. “Saya berhasil mengembangkan algae air tawar,” katanya. “Dengan demikian spirulina dari algae yang saya kembangkan ini bebas logam berat, arsen, dan tidak bau amis,” tambahnya. “Ini pertama di indonesia,” kata Mahmud bersemangat. Di dalam masjid di desa pinggir hutan itu, sambil menunggu datangnya maghrib, Mahmud saya ajak hitung-hitungan. 

Saya cecar dia dengan pertanyaan-pertanyaan: harga benih, modal bikin kolam, harga jual, tingkat persaingan, risiko gagal, dan seterusnya. Mahmud bisa menjawab dengan tangkas. Akhirnya saya berkesimpulan: penemuan ini memang sangat baik. Juga sangat menguntungkan. Satu hektar sawah bisa menghasilkan Rp 300 juta. Bandingkan dengan tanam padi yang menghasilkan sekitar Rp 50 juta. “Kalau begitu berhentilah Anda menyalah-nyalahkan pemerintah,” kata saya. “Berhentilah berpikir ngemis-ngemis cari bantuan,” kata saya lagi. “Ini bisnis yang bagus. Lakukan sendiri. Jangan cengeng. Kalau Anda minta pemerintah ikut campur bisa-bisa tambah ruwet,” tegas saya. Alhamdulillah. Mahmud bisa menerima penjelasan saya. Dia tidak akan menyalah-nyalahkan orang. Juga tidak akan ngemis-ngemis. Dia akan terjun ke bisnis dengan basis penemuannya itu. “Go!” kata saya dengan bangga pada anak muda ini. Saya pun berjanji akan mengunjunginya kalau dia sudah menjalankan bisnisnya itu. 

Minggu lalu saya memenuhi janji itu. Saya ke desanya, Tawangsari, Sukoharjo, di selatan Solo. Tanpa memberitahu lebih dulu. Matahari bersinar terik. Saya lewati pabrik tekstil terkenal itu: Sritex. Masih terus ke selatan. Desa ini bukan desa miskin. Rumah-rumahnya bagus. Tidak sulit mencari rumahnya. Bapaknya ternyata orang terkenal: politisi PAN yang sedang nyaleg. Juga tergolong kaya untuk ukuran desa itu. Saya lega. Mahmud pasti punya modal untuk mengembangkan algae air tawarnya. Ternyata benar. Mahmud sudah punya tiga kolam kecil. Bahkan sudah berhasil panen algae air tawar beberapa kali. Algae ini memang bisa dipanen tiap empat hari. Algae itu dia saring, dia keringkan, dan dia bikin tepung. Dengan alat-alat sederhana. 

Lalu dia masukkan ke saset-saset. Siap dijual. Bersaing dengan spirulina impor. Saya sangat gembira. Mahmud benar-benar anak muda yang gigih. Saya membeli 10 saset hari itu. Salah satunya saya buka, saya buang labelnya, saya masukkan plastik tanpa identitas. Sampai Jakarta “tepung tanpa identitas” itu saya kirim ke laboratorium Kimia Farma. Untuk diteliti. Saya tidak memberitahu asal usul dan nama tepung itu. Hasil uji lab itu mengatakan bahwa tepung tersebut adalah spirulina, namun tidak mengandung logam berat, arsen, dan NACL. Juga tidak ada kandungan bahan kimia. Sejak itu saya minum spirulina made in Sukoharjo itu. Tiap hari.

Mahmud juga sudah mendirikan perusahaan. Namanya CV Neoalgae Technology. Sebagai lulusan Teknik Kimia Undip, dia tidak sulit melakukan penelitian-penelitian untuk membiakkan algae itu. Kini Mahmud akan memperbesar kolam-kolam algaenya. Tidak lagi hanya tiga kolam di sebelah rumahnya. Dia sudah mulai mengerjakan sawah satu hektar agak jauh dari rumahnya untuk diubah jadi kolam algae air tawar. “Saya kuwalahan. Pesanan spirulina melebihi produksi saya,” ujarnya. “Terutama dari perusahaan-perusahaan obat herbal,” tambahnya. Tentu saya berdoa agar Mahmud jadi pengusaha muda yang sukses besar. Dia layak untuk itu. Kita berharap Indonesia tidak perlu lagi impor spirulina. Mahmud juga tidak keberatan ada anak muda lain yang mengikuti jejaknya. Lain lagi dengan Sidiq. 

Dia menemukan alat pengering gabah. Mengandalkan tenaga surya. Mirip dengan yang ditemukan mahasiswa Universitras Mataram di Lombok. Waktu itu saya sedang nonton wayang di desa Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur. Tiba-tiba Sidiq nongol. Jam sudah menunjukkan pukul 00.00. Dia datang dari Malang. Naik sepeda motor. Dua jam lamanya. Di malam yang kelam. Melewati jalan yang berliku naik turun di sekitar bendungan Karangkates. Nekat benar anak ini. Malam itu deal! Saya berikan dana untuk membuat prototype-nya. Dua bulan lagi barang itu akan jadi. Sidiq sangat amanah. Di waktu yang dijanjikan dia selesaikan proyek itu. Jumat kemarin saya lihat hasilnya. Bisa berfungsi. Namun suhunya kurang panas. 

Dia masih menggunakan kaca biasa. Bukan kaca khusus yang bisa menghasilkan panas 20 derajat lebih tinggi. Tapi itu soal sepele. Yang jelas fungsinya sudah ketemu. Saya minta alat ini disempurnakan. Di bawah binaan BUMN PT Pertani. Siapa tahu bisa menggantikan mesin pengering yang mahal-mahal dengan bahan bakar yang juga mahal itu. Mahmud, Sidiq, dan banyak lagi anak muda yang tidak kenal menyerah. Harapan besar di depan mata. Saya akan terus minum spirulinanya Mahmud. Dan menunggu pengering gabahnya Sidiq 

 Oleh Dahlan Iskan Menteri BUMN
Share:

Selasa, April 15, 2014

Manufacturing Hope 123:Main-Main Nasib Ahli Yang Mahal

Dahlan Iskan Bersama Ricky Elson, sumber : dahlaniskan.net


Saya merasa bersalah. Salah besar. Terutama kepada anak muda yang hebat ini: Ricky Elson. Dia sudah enak hidup di Jepang. Sekolahnya pintar dan setelah lulus pun langsung diminta untuk bekerja di perusahaan besar di sana. Gajinya bagus dan karirnya melejit. Perusahaan itu juga memberikan lapangan yang luas yang bisa dia pakai untuk berkiprah. Ricky Elson menemukan banyak inovasi kelas dunia. Selama bekerja di Jepang dia berhasil mematenkan 14 penemuan di lembaga paten di Jepang. Terutama di bidang motor listrik. 

Anak yang begitu lulus SMA di Padang ini langsung sekolah di Jepang, menjadi anak emas di sana. Kesalahan saya adalah memintanya pulang ke Indonesia. Untuk mengabdi ke bangsa sendiri. Cukuplah mengabdi 14 tahun untuk bangsa Jepang. Di berbagai kampus universitas kita, saya memang sering mendengar teriakan mahasiswa seperti ini: mengapa tidak diusahakan memanggil pulang anak-anak bangsa yang hebat-hebat yang kini di luar negeri. Terakhir suara seperti itu saya dengar waktu dialog dengan mahasiswa Politeknik Negeri Denpasar, dan saat dialog dengan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dua minggu lalu.

Pertanyaan seperti itu juga disuarakan banyak kalangan, di berbagai kesempatan. Tentu saya mencoba untuk realistis. Jangan semua anak kita yang hebat dipanggil pulang. Panggillah yang benar-benar diperlukan untuk proyek mendesak yang bisa mengeluarkan bangsa ini dari kesulitan. Saya melihat bangsa ini lagi terbelit masalah besar. Yang belum menemukan jalan keluarnya yang jelas. Yakni persoalan ketergantungan bangsa ini pada bahan bakar minyak (BBM) impor. Kian lama impor BBM kita kian besar. Dan akan kian besar.  

Salah satu solusi yang saya lihat adalah mobil listrik. Bukan karena saya ahli mobil listrik, melainkan begitulah pendapat ahli di seluruh dunia. Kalau kita terlambat mengembangkannya, kita akan terantuk lubang untuk kedua kalinya. Mobil-mobil listrik buatan asing akan membanjiri Indonesia dalam 15 tahun ke depan. Maka saya merayu Ricky untuk pulang. Memang dia semula menolak. Gajinya akan turun drastis. Dia sudah menikah. Perempuan Padang juga. Dia sudah harus bertanggungjawab pada keluarga. Tapi alasan penolakan terbesarnya adalah ini: apakah saya akan berarti? Apakah saya akan mendapatkan keleluasaan untuk mencipta? Apakah pemerintah indonesia akan memberikan dukungan? Apakah proyek itu benar-benar akan bisa jalan? Dan banyak pertanyaan yang sifatnya jauh dari urusan uang seperti itu. Soal gaji yang akan turun, saya bisa mencarikan jalan keluar. 

Biarlah seluruh gaji saya sebagai menteri dialah yang menerima. Setiap bulan. Tapi soal jaminan kelangsungan proyek saya sulit memberikan. Kecuali bahwa saya akan ikut all out. Termasuk membiayai seluruh pembuatan mobil-mobil listrik prototype. Ricky memenuhi komitmennya. Membuat mobil listrik 100 persen made in Indonesia. Dia juga berhasil membina tenaga-tenaga ahli di Pindad agar bisa membuat bagian yang paling sulit dari mobil listrik: motor listrik. Tapi nasib mobil listrik kini kian tidak jelas. Aturan tentang mobil listrik tidak segera keluar.

Sikap Bapak Presiden sendiri sudah sangat jelas: berikan dukungan yang maksimal untuk mobil listrik. Nyatanya sulitnya bukan main. Kini Ricky menganggur di Indonesia. Dia seperti harus menunggu Godot. Maka dia mulai merasa hidup sia-sia. Dia ingin kembali ke Jepang. Dia tidak berani mengatakannya langsung kepada saya, tapi dari beberapa tulisan tentang Ricky di Kompasiana saya bisa merasakan dukanya yang dalam. Bahkan salah seorang temannya di Jepang meledeknya dengan kalimat ini: sudah puaskah Anda hanya main-main di Indonesia? Saya merasa bersalah. 

Saya tidak akan mampu menahannya. Terutama karena masa depannya yang tidak boleh dikorbankan. Ricky sebenarnya sangat ideal bagi saya. Selama hampir dua tahun di Indonesia dia kerja amat keras. Sama sekali tidak menonjolkan diri sebagai seorang ahli. Dia sangat ringan kaki. Mau terjun ke bawah dan mengurus hal yang detil. Dia tidak segan-segan ikut angkat-angkat barang. Dia mau membina dan mengajar secara telaten dan sistematis. Seperti mempraktikkan dan menularkan ilmu yang dia peroleh selama di Jepang. Saya masih berharap, kalau perjuangan mobil listrik sudah jelas, kelak akan merayunya kembali untuk pulang ke Indonesia.

Oleh Dahlan Iskan Menteri BUMN
Share:

Sabtu, April 12, 2014

Gunaryo, Komisaris Utama Baru PTPN XI (Persero)

Gunaryo, Komisaris Utama Baru PTPN XI (Persero)
Setelah Eko Prasojo diangkat sebagai Komisaris Utama PT Timah Tbk, posisi Komisaris Utama PTPN XI akhirnya dipercayakan Menteri BUMN selaku Pemegang Saham kepada Gunaryo. Selama ini Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan tersebut sudah menjabat Komisaris di lingkungan PTPN XI. Selain itu, PTPN XI juga mendapat tambahan Komisaris baru yakni Revrisond Baswir yang juga staf pengajar pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada dan sebelumnya menjabat Komisaris PTPN VIII.

Prof. Dr. Eko Prasojo, MPA
Direksi dan Keluarga Besar PTPN XI menyampaikan Selamat dan Sukses kepada Bapak Eko Prasojo atas tugas baru sebagai Komut PT Timah Tbk sekaligus penghargaan dan terima kasih atas kontribusi yang diberikan selama ini untuk kemajuan PTPN XI, semoga menjadi amal baik yang diterima Tuhan Yang Maha Esa. 

Ucapan Selamat dan Sukses dari jajaran Direksi dan Keluarga Besar PTPN XI juga disampaikan kepada Bapak Gunaryo dan Bapak Revrisond Baswir atas tugas baru di PTPN XI, disertai doa semoga Tuhan Yang Maha Esa senantisa memberikan bimbingan, kekuatan , dan ridlo-Nya sehingga sukses dalam mengemban tugas mulia membangun kejayaan PTPN XI.

*Sumber berita dari sini  gambar dicomot dari sini dan atau dari sana
Share:

Ternyata, gula menyimpan 5 manfaat menyehatkan ini

Ilustrasi : GUPALAS merupakan gula kualitas premium produksi PTPN XI
Gula selama ini dituding sebagai salah satu bahan makanan yang mampu merugikan kesehatan. Gula dianggap sebagai pencetus penyakit diabetes dan berbagai macam penyakit berbahaya lainnya sebab mampu menimbulkan obesitas. 

Namun walaupun gula mampu menimbulkan berbagai macam penyakit berbahaya untuk tubuh, tidak bisa dipungkiri bahwa tubuh Anda pun memerlukan zat gula. Berikut adalah manfaat kesehatan yang tersembunyi dari gula seperti dilansir dari boldsky.com. 

Peningkat energi instan 
Jika Anda sedang merasa lemas di pagi hari, cobalah untuk mengonsumsi minuman atau makanan yang manis. Hal ini efektif untuk meningkatkan energi secara instan. Sebab ketika gula masuk ke dalam darah Anda, maka akan diubah menjadi glukosa. Glukosa ini akan diserap oleh tubuh dan kemudian menghasilkan energi. 

Meningkatkan tekanan darah 
Untuk yang menderita tekanan darah rendah, gula mampu meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu orang yang menderita tekanan darah rendah disarankan untuk membawa gula batu setiap saat. 

Meningkatkan fungsi otak 
Sedang tidak bisa berpikir dengan baik? Mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya pasokan gula ke dalam otak. Sehingga konsumsilah gula secukupnya agar otak mampu berfungsi dengan baik. 

Menyembuhkan depresi 
Sedang depresi? Konsumsi makanan yang manis. Sebab zat gula di dalamnya mampu membuat diri Anda merasa tenang. 

Sugar therapy 
Beberapa ahli kesehatan percaya bahwa gula dapat menyembuhkan luka lebih cepat daripada obat-obatan. Bahkan beberapa luka mampu disembuhkan dengan gula pasir lebih cepat daripada antibiotik. Namun, Anda tidak dapat melakukannya sendiri. Anda tetap memerlukan bantuan seorang dokter untuk melakukannya.

Gula mampu memberikan manfaat yang positif untuk kesehatan Anda asal Anda mengonsumsinya dengan jumlah yang tepat.

Sumber berita dari sini dengan sedikit perubahan

 GUPALAS merupakan gula kualitas premium produksi PTPN XI Kunjungi Website : http://www.gupalas.com/gupalas

Share:

Kamis, April 10, 2014

Budi Hidayat, Didaulat Menjadi Dirut PTPN XIV

Drs. Budi Hidayat Saat Menjabat Direktur Keuangan PTPN XI 
Setelah sempat mengalami kevakuman beberapa saat, akhirnya posisi Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) yang berkantor pusat di Makassar diisi Budi Hidayat. Direktur Keuangan PTPN XI tersebut menerima surat keputusan tentang pengangkatannya sebagai Dirut PTPN XIV yang telah ditandatangani Menteri BUMN selaku Pemegang Saham, Senin (7/4/2014), dalam sebuah upacara sederhana di Kementerian BUMN, Jakarta. 

Budi Hidayat mengawali kariernya di PTP XXI-XXII. Lama bekerja di posisi keuangan hingga akhirnya menempatkannya sebagai Kepala Bidang Keuangan PTPN X sebelum akhirnya dipercaya menjadi Direktur Perencanaan & Pengembangan periode 2007-2012 di tempat yang sama. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga tersebut, masuk jajaran Direksi PTPN XI per 1 Maret 2013. 

Dewan Komisaris, Direksi, dan Keluarga Besar PTPN XI menyampaikan Selamat dan Sukses kepada Bapak Budi Hidayat atas kepercayaan yang diberikan Pemegang Saham untuk mengemban tugas sebagai Direktur Utama PTPN XIV disertai doa semoga amanah, barokah, dan membawa kemajuan perusahaan.

Sumber berita dari sini
Share:

Senin, April 07, 2014

Manufacturing Hope 122:Embung Budi dan Ceremende Ayam Bakar Masngut

Saya akan berkisah mengenai dua orang yang begitu memberi harapan. Masngut di Blitar dan Budi Dharmawan di Semarang. Dua-duanya sudah berumur lebih 70 tahun tapi masih saja das-des. Saya berinteraksi dengan Pak Budi minggu lalu dan dengan Pak Masngut Minggu pagi kemarin. Pak Budi mengajak saya ke desa Wonokerto, sebuah desa di pelosok gunung Kabupaten Semarang. Saya sampai naik ojek untuk bisa masuk desa dengan jalan yang gonjang-ganjing. Mengejar waktu. Pak Budi membina 100 orang di sini. Tanah mereka yang selama ini banyak menganggur ditanami buah naga. Pertamina menjadi pemberi modalnya.


Pak Budi yang pensiunan perwira TNI AL ini pilih membina petani miskin dengan tanaman yang memiliki nilai tambah tinggi: buah tropik. Di Wonokerto dengan buah naga. Di Boyolali dengan buah durian. Di lain tempat dengan buah kelengkeng. Bertani buah tropik tidak akan punya musuh. Kecuali harga pasar. Pak Budi tidak mau membina petani padi atau pertanian bahan baku industri. Petani padi akan selalu menghadapi tekanan pemerintah. Petani bahan baku industri akan selalu mendapat tekanan dari kalangan pabrik.

“Kalau bertani buah tidak diatur oleh pemerintah maupun kapitalis industri,” katanya. “Petani padi tidak akan bisa kaya karena harganya pasti ditekan pemerintah. Petani bahan baku tidak akan bisa kaya karena harganya ditekan oleh industri,” tambah Pak Budi. Di Wonokerto itu, Pak Budi membangun embung 20 x 40 meter dengan dasar membran. Desa ini memang kering di musim kemarau. Embung itu untuk menampung air hujan selama rendheng. Air di embung itu akan cukup dipakai selama 5 bulan di musim kemarau. Khusus untuk mengairi dengan hemat kebun-kebun buah naga milik petani. 

Di setiap desa binaan Budi Dharmawan selalu mengutamakan pembangunan embung. Inilah cara nyata untuk membantu petani pedesaan yang gersang yang biasanya mudah jatuh ke kemiskinan. Air hujan biasanya dibiarkan terbuang menjadi bencana. Pak Budi menjadikannya deposito berjangka. Kini sudah 12 desa yang dibina Pak Budi. Semuanya berhasil dengan kadar yang berbeda. Tapi dia belum puas. Kualitas praktik pertanian desa binaan itu baru bernilai 7. Umumnya karena petani belum terbiasa mempraktikkan sistem pertanian modern. Tingkat disiplin mereka juga masih rendah. 

Pak Budi ingin pada akhirnya mereka bisa meraih nilai 9, seperti kualitas kebun miliknya sendiri. Pak Budi memang memiliki kebun buah. Dia pernah kerjasama dengan pemodal besar tapi mengecewakan. Pengusaha besar sulit untuk diajak membina usaha kecil. Pak Budi pilih berjuang dengan caranya sendiri. Membina petani miskin secara langsung. Memang dirasa cara ini lambat untuk menjangkau kemiskinan yang begitu luas. Tapi dia memilih menghidupkan satu per satu desa miskin daripada hanya bicara terus tapi tidak kunjung berbuat. “Sambil menunggu siapa tahu kelak ada presiden yang meng-copy cara ini dengan cepat dan masif,” kata adik kandung ekonom Kwik Kian Gie ini. Saya harus mengaku kalah cepat dari Pak Budi. 

Ketika tahun lalu BUMN dan IPB sepakat mengembangkan buah tropik, saya pikir kamilah yang pertama melangkahkan kaki untuk buah tropik. Ternyata Pak Budi sudah lebih dulu, meski skalanya kecil. Tentu juga masih ada orang-orang seperti Pak Budi di tempat-tempat lain. Pak Masngut di Blitar juga tua-tua keladi. Di umurnya yang sudah 72 tahun, dia juga getol mempromosikan peternakan dan pertanian terpadu. Minggu kemarin saya tidur di rumah manajer Pak Masngut untuk menyelami apa yang terjadi secara detil. Suara embikan kambing di kandang sebelah tempat tidur membuat ingatan saya kembali ke masa remaja di desa. 

Pak Masngut memelihara ayam ratusan ribu ekor. Di sampingnya dibangun kolam ikan lele dan patin. Hematnya bukan main. Untuk lele itu dia hanya beli 30 persen makanan yang diperlukan. Yang 70 persen datang dari kandang ayam itu. Ada tiga jenis makanan lele yang dihasilkan kandang ayam: kotoran ayam, bangkai ayam, dan ceremende. Dari ratusan ribu ayam di kandang, dua persennya mati. Oleh berbagai sebab. Ayam-ayam mati itu langsung dibakar. Ayam bakar itulah yang dilempar ke kolam lele. “Kalau tidak dibakar lelenya tidak mau makan,” ujar Pak Masngut. Lele ternyata sangat suka ayam bakar. Kandang ayam juga menghasilkan ceremende: kecoak-kecoak kecil. 

Mula-mula ceremende itu dianggap pengganggu kandang ayam. Suatu saat Masngut menyapu kandang. Ceremendenya berlarian cari selamat. Sebagian terjatuh ke kolam lele. Masngut melihat ceremende itu segera dimakan lele. Sejak saat itulah Masngut berkesimpulan ceremende sangat baik untuk makanan lele. Maka ceremende yang muncul dari kotoran ayam justru dia kembangkan. Caranya: berikan akomodasi yang disenangi ceremende. Yakni tumpukan karton telur ayam. Di beberapa lokasi di kandang itu dia geletakkan lima karton tempat telur. Dalam beberapa hari lima karton tempat telur itu sudah penuh dengan ratusan ekor ceremende. “Setiap hari kandang ini menghasilkan ceremende dua kwintal,” kata Pak Masngut. 

Baik ayam bakar maupun ceremende pastilah mengandung protein yang tinggi untuk lele. Masngut berkesimpulan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani tidak bisa lagi kalau tidak integrated farming. Banyak sekali pelajaran yang saya peroleh dari Pak Masngut yang tidak lulus universitas ini. Mulai dari ayam, bebek, lele, patin, sapi perah, sampai burung hantu dan sawit. Pak Masngut dan Pak Budi adalah ayat-ayat Tuhan yang hadir nyata di dunia. Dan di dalam masyarakat kita. 

 Oleh Dahlan Iskan Menteri BUMN
Share:

Sabtu, April 05, 2014

Regenerasi Kepemimpinan Terus Bergulir

Kantor Direksi PTPN XI (Persero) Sumber : http://www.eastjava.com/

Regenerasi kepemimpinan perusahaan di lingkungan PTPN XI terus bergulir dan berjalan secara alamiah. Isyarat tersebut setidaknya terungap pada penggantian sejumlah Pejabat Puncak yang dilakukan di Surabaya, Kamis (3/4/2014). Berdasarkan Keputusan Direksi No. XX0SURKP/14.099 sampai dengan 102, beberapa pos mengalami pergantian : 

General Manager Unit Usaha Kanigoro : Fajar Lazuardi (sebelumnya Manager Pengolahan UU Semboro) menggantian Haruan Dewanto yang baru saja pulang ke rahmatullah. 

General Manager Unit Usaha Gending : Surya Wirawan (Manager Instalasi UU Semboro) menggantikan Onny Sofian Tjahjono yang dimutasikan sebagai GM Pabrik Karung Rosella Baru 

General Manager PK Rosella Baru : Onny Sofian Tjahjono (sebelumnya GM UU Gending) menggantikan Bambang Permadi Moeljono yang memasuuki masa bebas tugas per 1 April 2014. 

Kepala Divisi Penjualan : Anoraga Sakti Boediman (sebelumnya Kepala Divisi Hukum dan Aset) menggantikan Muhammad Syahdan yang memasuki masa bebas tugas per 1 April 2014. 

Kepala Divisi Hukum dan Aset yang ditinggalkan Anoraga dirangkap Sekretaris Perusahaan Adig Suwandi. Serah terima dilanjutkan dengan rapat koordinasi persiapan giling yang dipimpin langsung Direktur Utama Andi Punoko.
Share:

Rabu, April 02, 2014

Kunjungan Direktur Utama Untuk Persiapan Giling Tahun 2014

Magetan (02/04/2014) - Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara XI (Persero), Andi Punoko beserta Jajaran Direksi melakukan kunjungan kerja di Pabrik Gula Madiun Unit Purwodadi dalam hal persiapan menuju musim giling tahun 2014. Disambut dengan hangat oleh General Manager PG Purwodadi, Akief Arifin beserta para Manajer  bertempat di Lokasi Stasiun Gilingan. 








































Diskusi terbuka membuat suasana menjadi hangat, dengan dilanjutkan pemaparan oleh Andi Punoko terkait bahan baku hingga pekerjaan rutin di dalam pabrik untuk kesiapan Giling Tahun 2014.  




Share:

Manufacturing Hope 121:Sayang Ibu demi Gerakan Satu Juta Sambungan

Inilah kampanye yang bukan untuk pemilu. Inilah kampanye untuk menyiapkan Indonesia masa depan: gerakan sayang ibu. Targetnya memenangkan hati ibu-ibu untuk mau menerima aliran gas alam ke dapur-dapur di rumah mereka. Melalui pipa. Bukan melalui tabung.

Juru kampanye yang satu ini bukan tokoh-tokoh nasional, melainkan ibu-ibu dari sebuah RT di Jakarta Timur. Yakni RT 09 RW 12 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit. 

Hari itu, Rabu lalu, di RT tersebut dideklarasikan dua gerakan. Yang pertama “gerakan sayang ibu” tadi. Yang kedua “gerakan satu juta sambungan”. Yang mendeklarasikan adalah Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara/PGN (Persero) Tbk Hendi Prio Santoso. Dalam waktu dua tahun ini, kata Hendi, PGN akan menyambungkan satu juta sambungan baru langsung ke dapur-dapur rumah penduduk. Ini tentu sebuah ambisi yang besar dari PGN. Tapi bukan tidak realistis. Apalagi, program ini memang sangat strategis. Yang terabaikan oleh PGN sepanjang sejarah hidupnya sejak zaman Belanda.

Selama ini PGN memang menjadi perusahaan besar dengan laba yang besar, namun perannya di masyarakat belum dirasakan langsung secara luas. PGN masih dikenal sebagai BUMN yang terlalu asyik sebagai pedagang gas. Belum sebagai pelayan masyarakat secara masif. Bayangkan, dalam umurnya yang sudah begitu tua, PGN baru memiliki sekitar 100.000 sambungan. Bandingkan dengan PLN yang sudah memiliki lebih dari 50 juta sambungan. Kini PGN punya tekad yang bukan main-main. Tekad pengabdian yang sangat besar. Tiba-tiba dalam dua tahun ke depan PGN akan langsung melakukan satu juta sambungan. Saya yakin Hendi mampu mewujudkannya. 

Saya memang memiliki permintaan khusus kepada direksi PGN. Yakni agar pemakaian gas alam produksi Indonesia bisa dialirkan ke sebanyak mungkin masyarakat. Seperti di banyak negara maju. Sebenarnya memang agak aneh kalau rumah-rumah mewah pun masih menggunakan gas elpiji. Dengan segala keruwetan distribusinya. Program memasyarakatkan elpiji sendiri saya akui sangat sukses. Berhasil membuat penduduk yang dulunya menggunakan minyak tanah, yang sangat mahal itu, beralih ke elpiji. Masyarakat bisa berhemat, negara juga diuntungkan. Subsidi minyak tanah berkurang. Tapi, keberhasilan program elpiji itu tidak boleh meninabobokan kita. Harus ada gerakan berikutnya: beralih ke gas alam. 

Gas alam adalah produk dalam negeri. Seharusnya lebih banyak digunakan untuk bangsa sendiri. Aneh kalau kita ekspor gas alam, tapi impor elpiji dan BBM. Ke depan gas alam haruslah sebanyak mungkin diprogramkan untuk menggantikan BBM dan elpiji. Kita mestinya menangis meraung-raung memikirkan besarnya impor BBM. Kini dan lebih-lebih masa depan. Produksi minyak mentah kita turun terus. Cadangan minyak mentah kita memang tidak besar lagi. Berarti impor BBM kita akan terus membengkak. Sementara itu, produksi gas kita terus meningkat. 

Cadangan gas kita juga masih besar. Jelaslah akal sehat harus mengatakan: mari kita beralih ke bahan bakar yang berbasis gas alam. Ibu-ibu Duren Sawit sudah merasakan sendiri “alangkah serbalebihnya” gas alam dibanding elpiji. “Harganya lebih murah. Kami bisa lebih hemat 30 persen,” ujar Bu Santina, bu RT di Malaka Jaya, hari itu. “Kami juga tidak pernah khawatir kehabisan gas,” tambahnya. Berdasar pengalaman itulah, PGN akan melancarkan kampanye khusus. Temanya pun akan lebih fokus ke ibu-ibu. PGN sudah menemukan kata kuncinya: “kampanye sayang ibu”. Dengan tema itu, ibu-ibu akan bergegas merayu suami mereka untuk minta beralih ke gas alam. Rasanya, dengan rayuan ibu-ibu itu, kalau suami mereka benar-benar menyayangi sang istri, peralihan tersebut akan lancar. 

Memang tidak mudah menyukseskan gerakan satu juta sambungan ini. Membangun jaringan gas alam lebih sulit daripada membangun jaringan listrik. Pipa gas itu harus ditanam di dalam tanah. Izin menanam pipa gas tidak sederhana. Tapi, sekali infrastruktur gas alam ini terbangun, banyaklah masalah yang bisa diatasi. Termasuk masalah padatnya lalu lintas distribusi gas elpiji. Gema kampanye ini segera meluas. Ibu-ibu wilayah Halim sudah menghendaki penyambungan gas alam. Ada 6.000 rumah yang merasa siap disambungkan. Silakan PGN melayani mereka. 

Kalau perlu mencarikan pinjaman bank untuk biaya penyambungan pertama. Setiap rumah memang perlu mengeluarkan uang untuk membangun pipa sekitar Rp 5 juta. Tapi, nilai itu akan lunas dalam tiga tahun dari selisih harga elpiji dan biaya langganan bulanan gas alam. Pasti banyak bank yang mau menyalurkan dananya ke sektor ini. Saya akan memberikan dukungan maksimal kepada program strategis PGN ini. Termasuk menerobos berbagai hambatannya. Misalnya di Semarang dan beberapa kota sekitarnya. PGN akan membangun jaringan pipa distribusi gas alam ke rumah-rumah penduduk. Tapi, izinnya ada di tangan PT Rekayasa Industri (Rekind). Waktu tender dulu PGN kalah. Rekind nomor 1, PGN nomor 2. Tapi, Rekind tidak kunjung membangun jaringan itu. Padahal, sudah lima tahun izin ada di kantongnya. 

Maka, Rekind akan saya minta mundur. Kebetulan perusahaan itu adalah anak perusahaan BUMN. Saya sudah hubungi direksi holding-nya. Sudah disanggupi. Rekind saya minta fokus pada bisnis utamanya: engineering. Rekind harus menjadi perusahaan engineering kebanggaan bangsa. Sejak krisis ekonomi tahun 1998, tinggal Rekind-lah perusahaan engineering kelas dunia yang masih dimiliki bangsa ini. Dua perusahaan lainnya sudah jatuh ke tangan asing. Untuk tender-tender internasional EPC dan engineering, praktis Indonesia hanya diwakili Rekind. 

Karena itu tidak boleh lengah. Proyek-proyeknya harus selesai tepat waktu. BUMN sendiri sering melakukan tender internasional. Seperti Pertamina untuk proyek-proyek besarnya. Juga PLN, Pelindo, Angkasa Pura, dan yang lainnya. Kalau reputasi Rekind di kelas internasional merosot, proyek-proyek itu akan jatuh ke perusahaan luar negeri. Maka, saya minta Rekind mundur dari bisnis distribusi gas alam. 

Dengan demikian, jaringan distribusi gas alam di Semarang itu otomatis akan digantikan PGN, yang sudah lebih siap membangunnya. Rekind kalau perlu mengakuisisi perusahaan sejenis di Eropa. Sebagai “kuda sembrani” untuk memenangi tender-tender internasional di Indonesia. Gas alam adalah masa depan energi kendaraan dan rumah tangga kita. Langkah mewujudkannya memerlukan kerja cepat. Das des… Set set wuet! 

(*) Dahlan Iskan Menteri BUMN
Share:

Selasa, April 01, 2014

Kunjungan Rutin General Manager 5 PG Madiun

Sebagai tindak lanjut kegiatan kunjungan rutin, para General Manager 5 PG dan Distrik Wilayah Barat, Selasa (01/04/2014) mengadakan kunjungan ke Kebun Dinden dan Kwadungan. Dalam setiap kunjungan rutin tersebut Manajer Distrik dan para General Manager selalu memberikan masukan dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan tebu yang berkualiatas MBS. Mengingat tak lama lagi Giling tahun 2014 akan dilaksanakan maka semua bagian yang terkait harus menjaga kekompakan serta memahami peran masing-masing guna tercapai tujuan yang sama, yaitu 5 Pabrik Gula Wilayah Madiun ini berhasil pencapaiannya, targetnya sehingga memperoleh laba yang besar. 



Share:

Blog Archive

Definition List

Unordered List

.

×

Support