Sektor Pertanian Indonesia Diuntungkan Bila MEA Diberlakukan


Pgpoerwodadie.com, Magetan: Sektor pertanian Indonesia bersama Thailand dan Malaysia diuntungkan apabila penerapan tarif nol persen pada Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Comunity) diberlakukan pada akhir tahun ini. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan oleh Philipine Institute for Development Studies, nilai ekspor pertanian Indonesia akan naik sebesar 1,07% atau US$1,377 juta dari nilai dasar US$128,76 juta. Secara volume Indonesia masih di bawah Thailand yang naik sebesar US$3,269 juta atau 1,83% dari nilai dasar US$178,92 juta. Adapun, Malaysia naik US$1,502 juta atau 0,75% dari nilai semula US$199,29 juta. Sementara itu, Singapura yang selama ini menguasai pasar ekspor mengalami kenaikan tipis US$558.000 atau 0,24% dari nilai semula US$234,72 juta. 

Dari sisi impor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,51% atau US$1,624 juta dari sebelumnya US$107,247 juta. Kenaikan terbesar dialami oleh Thailand sebesar 3,06% atau US$4,56 juta dari nilai dasar US$149,053 juta. Kemudian diikuti impor oleh Singapura US$2,693 juta (1.46%) dan Malaysia US$2,237 juta (1,51%). 

Roehlano Briones, Senior Research Fellow, Philipine Institute for Development Studies, mengatakan kenaikan ekspor terbesar dialami oleh Indonesia, Malaysia dan Thailand, karena negara tersebut selama ini sebagai produsen yang lebih menyasar ke sektor industri. “Sehingga mereka lebih kompetitif ketika AEC diberlakukan tarif nol persen,” ujarnya dalam Syngenta Media Workshop 2015 di Ho Chi Minh, pekan lalu. Dia mengutarakan sektor pertanian Indonesia dan Malaysia memiliki tipikal yang sama, yakni sama-sama untuk mensuplai kebutuhan industri. Dia mencontohkan perkebunan kelapa sawit yang mensuplai industri makanan dan biofuel. Hal itu, sambungnya, berbeda dengan Vietnam dan Thailand yang sektor pertaniannya mensuplai kebutuhan pangan ritel, sehingga keuntungan relatif tipis dibandingkan dengan pertanian yang mensuplai kebutuhan industri. “Sektor pertanian yang mensuplai kebutuhan ritel apabila ada kenaikan harga akan rentan terhadap koreksi penjualan, sehingga mempengaruhi penyerapan pertanian,” Birones 

Sumber berita dari sini

Cari Berita