Kunjungan Komisi B DPRD Magetan Ke PG Purwodadi



MAGETAN- Komisi B DPRD Magetan semakin rutin melakukan sidak di bawah wilayah kerjanya. Kali ini anggota DPRD tersebut mengunjungi Pabrik Gula Purwodadi Karangrejo, Magetan. Kedatangan para wakil rakyat tersebut dalam rangka melihat kesiapan Pabrik Gula Purwodadi menghadapi giling tebu tahun 2015. Suratman Ketua Komisi B DPRD Magetan menjelaskan pihaknya beserta rombongan ingin mengetahui kesiapan giling tebu yang diperkirakan 1 bulan lagi dan kendala yang terjadi didalam persiapan giling tebu tahun ini.”Kami ingin melihat kesiapan PG Porwodadie menghadapi giling tebu tahun ini, dari penjelasan dari perwakilan manager PG Poerwodadi hingga akhir maret sudah 74 % dari target 78 %, hal ini dikarenakan kendala barang atau peralatan yang ada di pusat belum bisa didistribusikan,” jelasnya. 

Pihaknya menambahkan selain persiapan giling, Suratman juga menanyakan persediaan gula yang ada di PG Purwodadi, hal ini dikarenakan banyaknya keluhan dari masyarakat bahwa gula yang berada di PG Purwodadi masih banyak.”Kami juga sempat menanyakan keberadaan gula yang ada di Pabrik Gula ini, ternyata gula milik petani sudah habis terjual sejak bulan januari lalu, yang saat ini masih berada di gudang itu tinggal 24 % atau 4400 ton dimana 2700 ton milik PG Purwodadi dan sisanya 1700 ton milik pedagang yang belum diambil, dimana gula milik PG belum dikeluarkan karena untuk menstabilkan harga gula dipasaran, agar para petani tidak rugi nantinya,” imbuhnya. 

Selain itu dari pihak PG mengeluhkan para petani yang menggunakan pupuk cair yang sering dikenal oleh masyarakat pupuk tetes. Sebenarnya pupuk cair tersebut adalah limbah dari MSG (monosodium glutamate) atau limbah pengolahan micin yang di campur dengan urea, dimana penggunaan pupuk cair ini sangat merugikan PG karena tebu yang menggunakan pupuk cair sangat lama dalam proses pengolahannya. ”pihak PG mengeluhkan tebu yang menggunakan pupuk cair selain lama pengolahannya juga rendemen atau bobotnya tinggi tetapi sebenarnya tebunya gombong atau nggabes, dan mereka ingin ada perbub atau perda tentang penggunaan pupuk cair untuk tanaman tebu,dan kami akan membahasnya karena perlu adanya kajian yang lebih dalam dan sumber-sumber referensi yang banyak pula dalam mengajukan suatu perbub atau perda tersebut,”pungkasnya. 

Selain itu masalah limbah yang diakibatkan pengolahan gula seperti limbah debu yang dikeluarkan dari cerobong ketel tebu ini sudah ada upaya untuk meminimalisirnya, hal ini disampaikan langsung Manager Teknik PG Purwodadi Fandi Fitrianto, seperti penambahan saringan di cerobong untuk menangkap abu yang keluar dimana dulu hanya ada 1 sekarang sudah ada 2, ”Kami sudah memodifikasi cerobongnya dengan menambahkan 2 saringan untuk menangkap abu atau debu sisa pengolahan tebu yang keluar melalui cerobong-cerobong tersebut, kami akan terus berupaya untuk memperbaiki system tersebut hingga tidak ada komplain dari masyarakat,” jelasnya. Hal senada diungkapkan Gunarto Asisten Manager Tanaman PG Poerwodadi, untuk tenaga pemanen tebu yang saat ini semakin sulit dan tuntutan dari tenaga kerja yang tinggi serta mahalnya tenaga kerja saat ini. ”saat ini kami sudah bekerjasama dengan tenaga kerja dari Sragen, Blora dan Bojonegoro, jumlahnya 800 orang dan sudah kami kontrak saat musim giling tahun ini, dengan semakin sulitnya tenaga kerja di daerah membuat kami mendatangkan tenaga dari luar daerah, jadi sewaktu-waktu mulai kerja mereka sudah siap, karena sudah kita kontrak,” jlentrehnya.


Sumber : Jawa Pos

Cari Berita